Tugas Pengantar Arsitektur 2
KIKI WIDIYANTI EKA PUTRI
20308022
ARSITEKTUR ROMAWI
part "Teater (theatre) dan teater terbuka (amphitheatre) Romawi"
Kesenangan melaksanakan kegiatan di luar (tidak di dalam gedung beratap) dari orang-orang Yunani sejak jaman kuno terungkap jelas antara lain dengan adanya teater terbuka (amphitheather). Selain mengembang-kan budaya termasuk arsitektur pada wilayah jajahan, rupanya orang-orang Roma juga mengadopsi budaya bangsa yang dijajah, termasuk Yunani. Kecenderungan semacam itu terungkap dengan banyaknya teater terbuka di-bangun hampir di semua kota di seluruh wilayah kekuasaannya.
Secara prinsip, konstruksi teater Yunani dan teater Romawi sangat berbeda. Telah dikemukakan di depan bahwa teater Yunani menggunakan kemiringan dan bentuk ceruk dari sebuah lembah, untuk dijadikan tempat penonton. Arsitektur hasil kecerdikan para seniman dan arsitek Yunani, sangat baik dari segi akustik, terutama untuk yang bentuk denahnya setengah lingkaran. Kelemahan dari sistem ini adalah sangat terikat dengan adanya lembah, sehingga tidak dapat membangun teater terbuka selain di lembah. Di lain pihak, kegiatan seni panggung cenderung meng-hendaki tempat di pusat-pusat kebudayaan yang seharusnya di tengah kota.Dengan memakai konstruksi pe-lengkung, maka untuk membangun teater dan teater terbuka orang-orang Roma tidak terikat oleh adanya lembah. Sehingga teater dapat dibangun di mana dikehendaki, termasuk di tengah-tengah kota .
Teater Marcellus di Roma (23-13 SM) adalah salah satu dari bangunan jenis ini di tengah-tengah kota Roma. Tempat penonton (auditorium) berdenah setengah lingkaran, tidak dibuat dari kemiringan sisi bukit, namun dengan dinding dan pelengkung-pelengkung. Panggung berlatar belakang unit sebagai latar belakang dan ruang-ruang peralatan dan per-siapan pementasan. Pelengkung berderat (arcading) pada dinding luar yang denahnya setengah lingkaran, terdiri dari dua tingkat. Masing-masing pelengkung diapit oleh pilaster atau kolom yang menyatu dengan dinding, dalam hal ini dekorasinya ada dua bentuk yaitu lonik dan Dorik.
Teater Ostia dekat Roma (193-217 SM) (rekonstruksi).
Colisseum Roma adalah amphitheatre terbesar dan termegah didirikan pada jaman Romawi. Dibangun atas perintah Vespasian pada tahun 70 M, diselesaikan oleh Domitian pada 82 M.
Di dekat kota Roma, terdapat reruntuhan bekas sebuah teater diberi nama Teater Ostia (193-217 SM). Arsitekturnya tidak banyak berbeda dengan Teater Marcellus, denah setengah lingkaran, tiga lantai, konstruksi pelengkung dengan pilaster berfungsi ganda : sebagai bagian dari konstruksi dan dekorasi. Seperti pada teater Yunani, bentuk pelengkung dari auditorium , membentuk dinding miring sangat bagus dalam aspek akustik. Bunyi dari panggung yang merupakan titik fokus, dipantulkan ke-segala arah, secara merata.
Colisseum
Roma terletak di tengah kota Roma, sebelah timur-selatan Kuil Venus, pada lembah antara dua bukit: Esquiline di utara dan Caelian di selatan. Colisseum ada-lah sejenis teater terbuka dalam ukuran besar dan kias, pada jamannya digunakan untuk olah raga termasuk pertandingan gladiator, dan upacara-upacara penting kekaisaran. Dalam sejarah tercatat bahwa Colisseum Roma pernah digunakan untuk penyiksaan dan pem-bantaian orang-orang Kristen.
Colisseum Roma sangat luas, denah berbentuk clip, garis tengahnya 189x156.4 M2. Pada dinding keliling yang bentuknya juga clips atau oval, berderet melingkar 80 pelengkung, bertingkat tiga. Deretan pelengkung paling bawah terbuka untuk masuk ke dalam semua tempat duduk (maenianum). Arena dikelilingi auditorium bertingkat tiga, bentuknya juga oval, diameter 87.47 M x 54.86 M, di kelilingi dinding tinggi 4.57 M. Di balik-atas dinding atau podium terdapat singgasana kaisar dan tempat duduk para pejabat dan kerabat ke kaisaran.
Di belakangnya lagi terdapat tempat duduk penonton (maenianum), dapat menampung 50 000 orang dengan gang pada masing-masing tingkat. Tinggi keseluruhan ; dinding keliling luar 48 M, terbagi menjadi empat tingkat. Pilaster dan kolom mengguna-kan hiasan berpola Order-Yunani, lonik pada lantai tiga dan Korintien pada lantai empat (teratas).
Circus Maximus, Roma, mulai dibangun pada 46 SM, denah (atas), perspektif hasil rekonstruksi (tengah) dan dekorasi berupa relief. Lukisan pacuan chariot (bawah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar